Istana Kerajaan di Indonesia Yang Masih Ada Hingga Saat Ini

Kerajaan Di Indonesia Yang Masih Ada Hingga Saat Ini

Sebelum menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Indonesia dulu lahir dari kerajaan-kerajaan besar di Nusantara pada masa lampauSetiap wilayah memiliki raja dan daerah kekuasaan sendiri untuk mengatur jalannya kegiatan pemerintahan kala itu.

Namun setelah Indonesia merdeka, beberapa kerajaan masih tetap ada dan memiliki raja meskipun tak lagi berdaulatLantas kerajaan mana saja itu? Berikut ini Kerajaan di Indonesia yang masih ada hingga saat ini

6 Istana Kerajaan di Indonesia Yang Masih Ada

1Kesultanan Cirebon

photo via infopublik.id

Kerajaan di Indonesia yang masih ada hingga saat ini yaitu Kesultanan Cirebon, kesultanan di Jawa pada abad ke-15 dan 16 ini merupakan pangkalan penting dalam jalur perdagangan dan pelayaran antar pulauKesultanan ini berlokasi di pantai utara Pulau Jawa yang merupakan perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Barat yang membuatnya menjadi jembatan antara kebudayaan Jawa dan SundaKarena inilah tercipta suatu kebudayaan yang khas yaitu Kebudayaan Cirebon.

Menurut Sulendraningrat berdasarkan pada naskah Babad Tanah Sunda dan Atja pada naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, Cirebon awalnya adalah sebuah dukuh kecil yang didirikan oleh Ki Gedeng Tapa, kemudian lama-kelamaan berkembang menjadi sebuah perkampungan yang ramai dan diberinama Caruban.

Diberi nama Caruban karena ada percampuran para pendatang dari berbagai macam suku bangsa, agama, bahasa, adat istiada, latar belakang dan mata pencaharian yang berbeda-bedaMereka yang datang kesini bertujuan untuk berdagang atau menetap.

Awalnya hampir sebagian penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan, namun kemudian berkembanglah menjadi menangkap ikan dan rebon, di sepanjang pantai digunakan untuk pembuatan terasiAda juga pembuatan petis serta garamTahukah kamu darimana asal nama Cirebon? Ternyata nama tersebut berawal dari air bekas pembuatan terasi yang berasal dari kata Cai (air) dan Rebon (udang rebon) dan berkembang menjadi Cirebon hingga saat ini.

Seperti dijelaskan diawal, karena memiliki pelabuhan yang ramai dan sumber daya alam dari pedalaman, Cirebon akhirnya menjadi sebuah kota besar dan menjadi salah satu pelabhan penting di pesisir utara Jawa.

Memasuki pendirian dan silsilah Raja Kerajaan Cirebon, Pangeran Cakrabuana (1430 – 1479) merupakan keturunan dari Kerajaan Pajajaran ia adalah putra pertama dari Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dan istri pertamanya bernama Subanglarang (putri Ki Gedeng Tapa)Raden Walangsungsang (Pangeran Cakra Buana) memiliki dua saudara kandung yaitu Nyai Rara Santang dan Raden Kian Santang.

Sebagai anak laki-laki tertua, seharunya ia berhak naik tahta Kerajaan PajajaranTapi karena ia memeluk agama Islam dari sang ibu, posisi sebagai putra mahkota pun digantikan oleh adiknya yaitu Prabu SurawisesaPrabu Surawisesa merupakan anak laki-laki dari Prabu Siliwangi dan istri keduanya yaitu Nyai Cantring Manikmayang.

Kemudian Pangeran Walangsungsang membuat sebuah pedukuhan di daerah Kebon Pesisir dan mendirikan Kuta Kosod (susunan tembok bata merah tanpa spasi) membuat Dalem Agung Pakungwati serta membentuk pemerintahan di Cirebon pada tahun 1430 MDari itu, Pangeran Walangsungsang dianggap sebagai pendiri pertama Kesultanan CirebonPangeran Walangsungsang juga aktif menyebarkan agama Islam kepada penduduk Cirebon.

2Kesultanan Yogyakarta

photo via yoursay.suara.com

Pada akhir abad ke-16 terdapat sebuah kerajaan Islam di Jawa bagian tengah-selatan bernama MataramKerajaan ini berpusat di daerah kota Gede kemudian pindah ke Kerta, Plered, Kartasura dan SurakartaNamun lama-kelamaan kewibawaan dan kedaulatan Mataram semakin terganggu akibat intervensi Kumpeni BelandaUntuk mengakhiri perselisihan ini dicapai Perjanjian Giyanti atau Palihan NagariDari perjanjian ini Kerajaan Mataram dibagi menjadi dua yaitu Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.

Surakarta dipimpin oleh Susuhunan Paku Buwono III sementara itu Ngayogyakarta atau Yogyakarta dipimpin oleh Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sultan Hamengku Buwono I.

Pada tanggal 13 Maret 1755 merupakan tanggal bersejarah untuk Kasultanan YogyakartaPada tanggal inilah proklamasi atau Hadeging Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat dikumandangkanSultan Hamengku Buwono I memulai pembangunan Keraton Yogyakarta pada tanggal 9 Oktober 1755.

Ibukota berikut istananya tersebut tetap dinamakan Ngayogyakarta Hadiningrat dan lansekap utama berhasil diselesaikan pada tanggal 7 Oktober 1756Para penggantinya tetap mempertahankan gelar yang digunakan yaitu Hamengku Buwono, untuk membedakan antara sultan yang sedang bertahta dengan pendahulunyaSecara umum, digunakan frasa ” ingkang jumeneng kaping…ing Ngayogyakarta Hadiningrat ” (bahasa Indonesia: “yang bertakhta ke …di Yogyakarta”)Selain itu ada beberapa nama khusus atau gelar bagi Sultan, antara lain Sultan Sepuh (Sultan yang Sepuh/Tua) untuk Hamengkubuwana II, Sultan Mangkubumi (Sultan Mangkubumi) untuk Sultan Hamengkubuwana VI, atau Sultan Behi (Sultan Hanga[Behi]) untuk Sultan Hamengkubuwana VII.

3Kasunanan Surakarta

photo via pinterest.com

Selain Kesultanan Yogyakarta, terdapat juga Kasunanan Surakarta dimana kerajaan ini juga masih ada hingga saat iniKesunanan Surakarta Hadiningrat atau Nagari Kasunanan Surakarta Hadiningrat merupakan sebuah kerajaan di Tanah Surakarta yang berdiri pada tahun 1755 sebagai hasil dari perjanjian Giyanti.

Kasunanan Surakarta ini memiliki luas area sekitar 54 are dan banyak koleksi patung, senjata serta pusaka kerajaanSalah satu bangunan bangunannya yang menarik di Kasunanan Surakarta yaitu Menara SanggabuwanaMenara ini didirikan oleh Sri Susuhan Pakubuwono III pada tahun 1782Menara setinggi 30 meter ini berfungsi sebagai menara dan tempat memata-matai Belanda pada masa penjajahan.

Hingga saat ini kompleks bangunan keratonnya masih berfungsi sebagai tempat tinggal Sri Sunan yang masih menjalankan tradisi kerajaan hingga saat ini.

4Kesultanan Ternate

photo via wikimedia.org

Kesultanan Ternate atai dikenal dengan Kerajaan Gapi merupakan salah satu dari 4 kerajaan Islam di Kepulauan Maluku dan merupakan salah satu kerjaan Islam tertua di NusantaraKesultanan ini didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada 1257 MKesultanan Ternate memiliki peran penting di kawasan timur Nusantara antara abad ke-13 hingga abad ke-19Kesultanan Ternate juga menikmati kegemilangan di paruh abad ke-16 berkat perdagangan rempah-rempah dan kekuatan militernya.

Pada masa kejayaannya, Kesultanan Ternate ini memiliki kekuasaan yang membentang mencakup wilayah Maluku, Sulawesi bagian utara, timur dan tengah, bagian selatan kepulauan Filipina hingga Kepulauan Marshall di PasifikKini tahta Kesultanan dijabat oleh Sultan Syarifuddin Bin Iskandar Muhammad Djabir Sjah sejak tahun 2016, meskipun tidak lagi memegang kekuatan politik apapun.

Sebelum kerajaan ini berdiri, penduduk Ternate merupakan warga eksodus dari Halmahera dan di Ternate terdapat 4 kampung yang masing-masing dikepalai oleh seorang momole (kepala marga)Merekalah yang pertama-tama mengadakan hubungan dengan para pedagang yang datang dari segala penjuru mencari rempah-rempah.

Penduduk Ternate semakin heterogen dengan bermukimnya pedagang Arab, Jawa, Melayu dan TionghoaKarena aktivitas perdagangan semakin ramai ditambah dengan ancaman yang sering data dari para perompak maka atas prakarsa Momole sebagai pemimpin Tobona diadakan musyawarah untuk membentuk suatu organisasi yang lebih kuat dan mengangkat seorang pemimpin tunggal sebagai raja.

Kemudian pada tahun 1257 Momole Ciko pemimpin Sampalu terpilih dan diangkat sebagai kolano (raja) pertama dengan gelar Baab Mashur Malamo.

5Kesultanan Deli

photo via mahkotakhatulistiwa.id

Kesultanan Deli merupakan sebuah kesultanan Melayu yang didirikan pada tahun 1632 oleh Tuanku Panglima Gocah Pahlawan di wilayah Tanah Deli (kini kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang, Indonesia)Hingga kini Kesultanan Deli masih tetap ada meskipun tidak lagi memiliki kekuatan politik setelah berakhirnya Perang Dunia II dan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia.

Kesultanan Deli ini berdiri bermula saat Kerajaan Aceh melakukan perluasan wilayah di Sumatera UtaraPada tahun 1632, Laksamana Gocah Pahwalan diutus untuk menjadi wakil Kerajaan Aceh di wilayah AruSaat itu daerah Batak Karo memiliki empat Raja, empat Raja ini kemudian mengangkat Laksamana Gocah Pahlawan menjadi Raja di Deli.

Selama masa kekuasaan yang cukup panjang, Kesultanan Deli mengalami pasang surutPada awal abad ke-18, terjadi pergolakan antara keluarga Kesultanan Deli setelah wafatnya Tuanku Panglima PaderapPerpecahan ini dikarenakan perebutan kekuasaan antara empat anak Tuanku Panglima PaderapSetelah itu, Tuanku Panglima Pasutan yang akhirnya menjadi penguasa Kesultanan Deli selanjutnya.

Deli juga tercatat dua kali dibawah taklikkan Kerajaan Aceh dan pernah mendari daerah taklukan Siak serta BelandaNamun pada tahun 1861, Kesultanan Delu resmi menjadi kerajaan independen setelah lepas dari Aceh dan SiakSemenjak itu, kerajaan ini pun mengalami perkembangan yang sangat pesat dan makmur.

6Kesultanan Kanoman

photo via travelspromo.com

Kesultanan Kanoman merupakan pecahan dari Kesultanan Cirebon pada tahun 1677Kesultanan ini didirikan oleh Pangeran Mohamad Badridin atau Pangeran Kertawijaya yang bergelar Sultan Anom I sekitar 1678 MHingga kini Kesultanan Kanoman masih taat memegang adat-istiadat dan pepakem seperti tradisi Grebeg Syawal dan berziarah ke makam leluhur Sunan Gunung Jati di Desa Astana, Cirebon Utara.

Kesultanan Kanoman ini memiliki keraton yang sangat luas, kira-kira hampir lima kali padangan sepak bolaPeninggalan-peninggalan bersejarah di Kesultanan Kanoman juga berkaitan eray dengan syiar Islam yang giat dilakukan Sunan Gunung Jati atau dikenal dengan Syarif Hidayatullah.

Itulah beberapa kerajaan di Indonesia yang masih ada hingga saat iniBahkan beberapa kerajaan ini dapat kamu kunjungi lho untuk menambah wawasan kamu tentang sejarah-sejarah kerajaan IndonesiaKamu sudah pernah mengunjungi yang mana saja?

website untuk di jual